Hello, everyone :D
anyway,
saat nonton tu pembukaan, gw ternyata sedang ada dalam status AWAS. tinggal nunggu erupsi (?)
“Why ?”
Sebab musababnya, TV gw yg berparabola pertamanya dipakai buat nonton pembukaan di TVRI, trus gw nonton Smallville di Trans7. Tapi, masalahnya muncul setelah kontingen Indonesia lewat. Setelah kontingen Indonesia lewat, eh adek gw malah langsung maen ganti aja. Gw terima kalo diganti sama yang bermutu, malah diganti sama sinetron. Langsung gw mual. Ketahuan hamil 4 bulan (?)
Isi sinetronnya sih standar : termehek mehek menjijikkan and really makes me wanna throw up. nah itulah bikin gw bingung. Ngapain juga orang betah nonton sinetron stripping yang lebih banyak ketidakmutuan sementara pembukaan Olimpiade Beijing 2008 ygan diramalkan jadi olimpiade terbesar yang pernah diselenggarakan dan hal itu telah teruji secara klinis, malah dibiarkan begitu saja ?
Oke, kita emang tinggal di negara yang merdeka. Semua orang bebas untuk mengekspresikan apa yangg ada di benaknya dan itu sangat dijamin kebebasannya dalam pasal 17 dan 19 The Universal Declaration of Human Rights dan pasal 28E ayat 3 UUD 1945 (what the ?)
Tapi ini juga patut jadi bahan pertimbangan bahwa kalo sinetron itu juga ikut tanggungjawab atas kemunduran moral kita-kita sebagai bangsa Timur yang menjunjung tinggi kesopanan dan nilai nilai luhur (hahaha mulai toa). Ada anak kecil yang tinggal nama gara gara dismekdon sama temen seperguruannya. Banyak anak kecil berani melawan ortunya yang diilhami oleh sinetron anak sekolahan. Hal-hal kayak ginilah ‘lagu lama’ begitu akrab sama kita. Bahkan sampe jerit-jerit minta nomer hape, tanda tangan, nomer togel, dsb dsb.
Pandangan gw tentang sinetron itu, ya emang kadangkala sifatnya menghibur. Ini nggak bisa disangkal. Tapi amat sering kita disuguhi, bahkan disuap paksa sinetron tak bermutu. Ini juga bisa dibilang adalah suatu usaha pencucian otak (sok psycho) oleh orang orang yang (mungkin) nggak tahu usaha yang sedang mereka lakukan. Kenapa pencucian otak? Karena kita disuguhi sesuatu yang terus diulang sampe kita apal plot sinetron dalem kepala. Kalo dibikin ujian nasional pasti laku keras dah. Dan yang parah kisaran tema sinetron itu paling paling ya dunia siluman dan teman seregunya, anak kere yg ternyata anak kongomerat, dan yang nggak kalah istimewa, cinta buta yang bikin termehek mehek. Sounds ironic ?
Masalahnya muncul di sini.
Kenapa sinetron Indonesia stuck di tema tema itu aja ?
Pertama, dan yang pasti, adalah masalah rating.
Banyak alasan yg mendukung. Di antaranya yaitu bangsa Indonesia adalah bangsa yang demen banget sama hal-hal klenik. Sampe ada saluran TV yang ratingnya melejit setelah nayangin sinetron dengan peran, baik protagonis maupun antagonis, adalah manusia jejadian. Tapi, efek yang dibuat untuk menyampaikan pesan itu sama sekali nggak nendang, malah bikin ketawa kronis.
Semisal ada adegan siluman ular raksasa lagi melata. Lihatlah, saudaraku ! Lihatlah ! Ekor sang ular terlihat sangat "meyakinkan" !
Juga penempatan pemain dalam peran. Masa ibu, anak perempuan, nenek, pembantu itu otang-orang dengan kisaran umur dua puluh tahunan ? Ini yang casting itu make standar penilaian apa sebenernya ?
Kalo di sinetron percintaan, pasti ceritanya itu kisah kasih cinta anak remaja SMA. Mulai dari yang bad girl hingga nice girl, semua bpasti ikin (sekali lagi) termehek mehek. Ada lagi yang janggal. Banyak sinetron yang nampilin anak sekolah tapi semua pemeran anak sekolahnya, bajunya dikeluarin kalo nggak baju dimasukkin tapi ukurannya pas badan. Tipikal.
Fakta terus berbicara bahwa banyak cerita bagus asli dari anak-anak Indonesia. Kreativitas film maker indie juga harus diperhitungkan. Merekalah masa depan penerus tahta industri perfilman juga persinetronan. Dan semoga harapan gw jadi nyata, kalo besok film Indonesia juga bisa masuk ke nominasi piala Oscar. Bahkan sampe menang :D
Well, that’s all, jadi kalo sekarang ditawarin nonton sinetron Indonesia periode dua ribu delapan ke depan dan ke belakang, gw dengan nggak santai hanya akan menjawab : HELL NO!
p.s.
tempat di nomer empat puluh tiga peraih medali Olimpiade Beijing 2008 ludah umayan. padahal Indonesia bisa dapet medali lebih banyak. Oh, ya! Info yg dirangkum dlm blog sebelumnya gw ambil dari harian KOMPAS yg ngebahas Olimpiade Beijing. Thanks for the infos !
Labels: Thoughts
Best viewed in 1026 x 768 pixels screen resolution, Mozilla Firefox.