Kayaknya sekarang bukan Pak SBY yang menjabat puncak hierarki kekuasaan di Indonesia. Bukan juga Hudson yang kemarin harus tersisih dari ajang IMB. Mereka hanya objek yang setiap hari menghiasi kaca televisi. “Raja” sebenarnya hanya melihat dari kejauhan. Tentang segala hal-hal yang seharusnya dicontoh malah dihujat mati-matian. Merekalah sebenarnya korban popularitas yang selalu dijadikan Top on The List yang sudah direncanakan matang-matang. Sang “Raja” ini, tak lain dan tak bukan, adalah mereka yang berkuasa di media massa.
Dari dulu gw selalu memiliki atensi tinggi terhadap media massa. Tentang bagaimana cara kerja di bidang persuratkabaran. Tentang proses peliputan dengan mic di sana sini. Tentang kilatan sinar blitz yang sanggup membuat seseorang merasa dirinya begitu terkenal. Dan juga alasan-alasan lain yang intinya mengarah pada suatu kesimpulan : Jurnalisme itu hebat.
Yah kita tau sendiri bagaimana pemberitaan AV frontman band kondang sama presenter slash model sanggup menenggelamkan pesona kasus bank Century. Belum lagi berbagai macam peristiwa dadakan seperti kerusuhan antar kaum elit sekolahan yang bukannya belajar dengan giat malah kisruh lempar-lemparan batu. Juga berbagai macam musibah yang membuat berbagai macam Flash News bisa hadir setiap beberapa jam. Tentunya ini mencerminkan suatu keadaan yang membanggakan sekaligus memprihatinkan. Jutaan informasi bisa tersampaikan dalam kerdipan mata, tapi keliatan bahwa media massa turut memainkan berperan dalam membuat rakyat Indonesia seakan lupa tentang masalah yang lebih besar, kayak yang udah disebutin di atas. Sehingga bukan mustahil kalo nanti para birokrat bermental clurut bisa menyogok sang Raja dengan aneka macam upeti yang menggiurkan, demi untuk medapatkan pemberitaan sesuai pesanan. Inikah gaung demokrasi yang bahkan sudah dipuji oleh Mr. Obama ?
Ngakak sendiri gw.
Intinya bahwa, sekarang ini selain dibutuhkan pemuda-pemuda yang sanggup melenyapkan korupsi bahkan sampe ke Kamus Besar Bahasa Indonesia, juga dibutuhkan mereka-mereka yang punya talenta dalam bidang media massa sehingga bisa menjaga pemberitaan itu tetap pada hakekatnya, yaitu faktual dan aktual. Aktual di sini bukan berarti bahwa barang lama itu bisa dilupain begitu mudahnya. Tentu banyak yang berharap nanti nggak akan ada lagi korban popularitas yang udah dibebani berjuta-juta masalah. Dan tentunya mereka yang ngebet pengen terkenal bisa maju ke halaman paling depan atau malah headline koran- koran ternama dengan terobosan atau penemuanpenemuan jenius yang nggak cuma bisa bikin kedudukan Indonesia menjadi lebih eksklusif tapi juga membuat bangga para pemain dalam media massa yang sanggup mencantumkan nama mereka dalam produk yang asli bikinan anak negeri. Semoga :)
Labels: Thoughts